mabar.online ini dikonfirmasi telah terjual lebih dari 10 juta kopi di seluruh dunia hanya dalam beberapa minggu setelah peluncurannya. EA bahkan menyebutnya sebagai “peluncuran tersukses dalam sejarah seri Battlefield”, melampaui catatan penjualan Battlefield 1 dan Battlefield V yang lebih dulu dirilis.
Namun, di balik angka fantastis itu, para analis industri game menilai bahwa Battlefield 6 masih menghadapi tantangan besar dalam menandingi dominasi Call of Duty (COD), yang tetap kokoh sebagai raja game tembak-menembak (FPS) di pasar global.
EA Rayakan Kesuksesan Peluncuran
Electronic Arts dalam laporan keuangannya menyebut bahwa penjualan digital menjadi kontributor utama lonjakan angka tersebut. Lebih dari 70 persen kopi Battlefield 6 terjual dalam bentuk digital, menunjukkan perubahan besar dalam perilaku konsumen yang kini lebih memilih distribusi online dibandingkan fisik.
“Peluncuran Battlefield 6 menjadi salah satu yang paling sukses dalam sejarah EA. Kami sangat bangga dengan tim DICE yang berhasil menghadirkan pengalaman pertempuran berskala besar yang epik, realistis, dan mendalam,” ujar Andrew Wilson, CEO Electronic Arts, dalam pernyataannya.
Battlefield 6 hadir dengan konsep “All-Out Warfare”, yang memadukan pengalaman perang modern dengan skala masif dan fitur interaksi lingkungan yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan teknologi Frostbite Engine generasi terbaru, game ini menawarkan efek visual realistis seperti cuaca dinamis, kehancuran lingkungan, serta medan tempur luas yang menampung hingga 128 pemain secara bersamaan di satu arena.
Sambutan Positif, Tapi Ada Catatan
Sejak peluncurannya, Battlefield 6 menuai sambutan positif dari banyak pemain dan kritikus. Mode multiplayer utamanya, Conquest dan Breakthrough, menjadi sorotan berkat gameplay yang lebih cair dan intens dibandingkan seri sebelumnya. Banyak penggemar juga memuji peningkatan sistem senjata, audio realistis, serta dukungan lintas platform yang membuat pemain di berbagai perangkat bisa bertarung bersama.
Meski begitu, tak semua berjalan sempurna. Beberapa pemain melaporkan adanya bug teknis dan masalah performa, terutama pada versi PC dengan spesifikasi menengah. DICE, selaku pengembang, telah merilis sejumlah patch besar untuk memperbaiki kestabilan dan pengalaman bermain.
“Game ini memiliki potensi besar dan menjadi pondasi kuat untuk masa depan seri Battlefield. Namun, masih dibutuhkan penyempurnaan agar pengalaman pemain bisa benar-benar maksimal,” tulis media game internasional GameRant dalam ulasannya.
Analis: COD Masih Sulit Disalip
Walau Battlefield 6 mencetak prestasi mengesankan, para analis industri menyebut game ini belum mampu menyalip popularitas Call of Duty. Menurut laporan firma riset pasar Newzoo, meski penjualan awal Battlefield tinggi, jumlah pemain aktif bulanan masih tertinggal jauh dari COD: Modern Warfare III dan Warzone.
“Battlefield punya basis penggemar setia, tetapi tidak sebesar ekosistem Call of Duty yang sudah dibangun selama dua dekade,” ujar analis senior Newzoo, Mark Peters.
Ia menjelaskan bahwa COD memiliki keunggulan dalam konsistensi konten, pembaruan rutin, serta integrasi antara mode battle royale dan multiplayer tradisional. Sementara Battlefield, meski unggul dalam skala perang besar dan destruksi realistis, masih dianggap belum memiliki kontinuitas konten yang cukup menarik untuk mempertahankan pemain jangka panjang.
“Battlefield sering tampil luar biasa saat peluncuran, tapi kehilangan momentum setelah beberapa bulan. Itu pola yang sudah terlihat sejak Battlefield 4 hingga Battlefield V,” tambah Peters.
Upaya EA untuk Menandingi COD
Menanggapi tantangan tersebut, EA kabarnya telah menyiapkan strategi jangka panjang untuk menjaga momentum Battlefield 6. Salah satunya adalah pembentukan tim pengembangan multi-studio, yang melibatkan DICE, Ripple Effect, dan Criterion Games dalam mengembangkan konten tambahan, mode baru, serta peningkatan teknis secara berkelanjutan.
EA juga dikabarkan tengah menyiapkan mode campaign single-player baru, sesuatu yang sudah lama diharapkan oleh para penggemar. Mode ini diyakini akan memperkuat elemen naratif yang selama ini kurang dieksplor di seri Battlefield.
Selain itu, EA berencana memperluas ekosistem Battlefield ke arah live service model, seperti yang dilakukan Activision dengan Call of Duty: Warzone. Dengan model ini, EA ingin memastikan bahwa pemain terus mendapatkan pembaruan konten baru setiap beberapa bulan, termasuk map tambahan, senjata eksklusif, hingga event musiman.
Antusiasme Komunitas Masih Tinggi
Meskipun Battlefield 6 belum mampu menumbangkan dominasi Call of Duty, komunitas pemainnya masih sangat aktif dan solid. Forum-forum seperti Reddit, Steam, dan Discord dipenuhi diskusi strategi, pembagian klip epik, hingga ide-ide pengembangan mode baru.
Banyak pemain lama menilai Battlefield 6 telah berhasil mengembalikan nuansa klasik yang dulu membuat seri ini begitu dicintai. Skala pertempuran yang masif dan kebebasan bermain kembali menjadi daya tarik utama.
“Battlefield 6 akhirnya terasa seperti Battlefield sejati. Ini adalah game perang yang sesungguhnya, di mana setiap ledakan dan strategi terasa penting,” tulis salah satu pengguna forum EA.
Penutup
Dengan pencapaian penjualan 10 juta kopi, Battlefield 6 membuktikan bahwa seri ini masih memiliki kekuatan besar di industri game modern. Namun, persaingan dengan Call of Duty tetap menjadi tantangan utama yang harus dihadapi EA dan DICE.
Apabila pengembang mampu menjaga konsistensi pembaruan, memperbaiki bug, dan terus mendengarkan masukan komunitas, bukan mustahil Battlefield akan kembali menjadi pesaing sejati COD seperti di masa kejayaannya dulu.
Bagi penggemar FPS, tahun ini menjadi waktu yang menarik — dua raksasa game perang modern kembali bertarung, dan dunia gaming menikmati setiap detiknya.

Cek Juga Artikel Dari Platform radarbandung.web.id
