mabar.online Electronic Arts kembali menarik perhatian industri game setelah menyatakan bahwa Battlefield 6 menjadi game shooter terlaris tahun ini. Klaim tersebut langsung memicu perdebatan sengit di kalangan gamer, mengingat Battlefield 6 harus bersaing dengan dua judul besar lain seperti Call of Duty: Black Ops 7 dan ARC Raiders. Meski demikian, EA tampaknya cukup yakin dengan performa flagship shooter mereka yang satu ini.
Dilihat dari sejarahnya, pernyataan percaya diri semacam ini bukan hal baru bagi EA. Namun klaim kali ini terasa lebih berani, terutama karena Battlefield 6 hadir sebagai penerus Battlefield 2042—game yang sempat mendapat banyak kritik keras saat perilisannya. Berbeda dengan pendahulunya yang menuai ulasan negatif, Battlefield 6 justru memperoleh penilaian lebih baik di platform Steam dengan persentase positif yang mencapai level “Mostly Positive”.
Walaupun begitu, keberhasilan Battlefield 6 tidak datang tanpa kritik. Banyak pemain mengeluhkan kehadiran battle pass, transaksi mikro, serta struktur monetisasi yang dianggap tidak sepadan dengan harga jual game AAA. Beberapa gamer merasa permainan berbayar seharga USD 70 seharusnya tidak menyisipkan terlalu banyak elemen monetisasi tambahan. Sentimen ini sempat menurunkan antusiasme sebagian komunitas.
Namun menariknya, laporan keuangan terbaru EA menunjukkan bahwa berbagai keluhan tersebut tidak terlalu mempengaruhi performa komersial game ini. Battlefield 6 tetap mencatatkan pendapatan besar dan mendominasi pasar shooter. Fakta tersebut membuat klaim EA terlihat cukup berdasar, meskipun sebagian gamer masih mempertanyakan kualitas keseluruhan game tersebut.
Membangun Ulang Kepercayaan Setelah Battlefield 2042
Salah satu alasan EA begitu percaya diri adalah keberhasilan mereka memperbaiki banyak aspek yang sebelumnya menjadi masalah besar dalam Battlefield 2042. Pada seri sebelumnya, pemain mengeluhkan bug yang masif, desain map yang tidak seimbang, hingga hilangnya elemen-elemen klasik Battlefield seperti sistem kelas. Battlefield 6 cukup berhasil mengembalikan elemen tersebut sekaligus menghadirkan perbaikan teknis yang signifikan.
Mulai dari performa server, desain map yang lebih kompleks, hingga mekanisme pertempuran yang lebih mendalam, Battlefield 6 dianggap membawa semangat “Battlefield klasik” yang hilang pada seri sebelumnya. Banyak pemain lama merasa seri ini mendekati identitas awal franchise, meskipun belum sepenuhnya sempurna.
Keberhasilan EA memperbaiki fondasi gameplay inilah yang menjadi modal kuat dalam membangun ulang kepercayaan komunitas. Ditambah dengan kampanye pemasaran agresif dan pembaruan konten berkelanjutan, game ini berhasil mempertahankan popularitasnya sejak perilisan.
Persaingan Sengit dengan Call of Duty dan ARC Raiders
Industri game shooter selalu identik dengan persaingan ketat, terutama antara Battlefield dan Call of Duty. Tahun ini, Call of Duty: Black Ops 7 hadir dengan inovasi besar dalam mode campaign dan peningkatan signifikan pada multiplayer. Secara historis, seri Call of Duty hampir selalu mendominasi daftar penjualan tahunan.
ARC Raiders yang hadir sebagai penantang baru juga ikut mencuri perhatian dengan konsep kooperatif yang segar dan desain visual futuristik. Dalam kondisi seperti ini, klaim EA bahwa Battlefield 6 mengungguli dua game besar tersebut tentu menjadi pernyataan yang sangat berani.
Namun berdasarkan data internal yang dirilis EA, Battlefield 6 memiliki basis pemain aktif yang cukup stabil. Kesetiaan komunitas Battlefield yang besar tampaknya memberikan kontribusi besar pada perolehan penjualan, terutama di pasar PC.
Kontroversi Sistem Monetisasi Masih Jadi Bahasan Panas
Meskipun penjualan Battlefield 6 sangat kuat, bukan berarti game ini bebas dari kontroversi. Sistem monetisasi menjadi salah satu topik yang paling sering diperdebatkan. Battle pass musiman, item kosmetik premium, hingga sejumlah konten yang dianggap “setengah matang” membuat sebagian pemain merasa EA terlalu fokus pada pendapatan tambahan.
Bahkan, beberapa ulasan mengkritik bahwa penerapan monetisasi membuat game ini terasa seperti game live-service yang memaksa pemain terus bermain demi mendapatkan reward. Model seperti ini memang umum dalam industri game modern, namun sebagian pemain menganggap EA terlalu jauh memasukkan elemen tersebut dalam seri Battlefield.
Meski begitu, fakta bahwa game ini tetap meraih pendapatan besar menandakan bahwa sistem tersebut tidak menghentikan minat para pemain. Banyak gamer aktif yang tetap menikmati gameplay inti Battlefield 6 yang intens, meskipun monetisasi dianggap kurang ideal.
Popularitas Battlefield 6 sebagai Bukti Kebangkitan Franchise
Apa pun pendapat para gamer, tidak dapat dipungkiri bahwa Battlefield 6 menjadi momentum kebangkitan franchise ini setelah sempat terpuruk. Kombinasi perbaikan teknis, desain pertempuran yang lebih matang, serta dukungan pembaruan konten yang konsisten cukup membuat komunitas kembali aktif.
Tingginya jumlah pemain dan pendapatan besar dari game ini membuat EA percaya diri menyebut Battlefield 6 sebagai game shooter terlaris tahun ini. Walaupun pernyataan tersebut masih memicu perdebatan, popularitas dan performa komersial game ini menunjukkan bahwa EA memiliki alasan kuat untuk sesumbar.

Cek Juga Artikel Dari Platform marihidupsehat.web.id
