mabar.online Perdebatan mengenai dampak Roblox dan berbagai game online kembali mencuat. Sebagian orang tua menilai platform permainan tersebut membuat anak kecanduan, sulit mengatur waktu, dan semakin jauh dari kegiatan belajar. Sementara di sisi lain, industri game justru tumbuh cepat dan menyumbang pendapatan besar bagi ekonomi digital. Kondisi ini membuat wacana pemblokiran game tertentu menimbulkan dilema yang rumit: bagaimana melindungi anak tanpa menghambat pertumbuhan industri kreatif?
Fenomena kecanduan gim semakin terasa karena karakteristik Roblox yang sangat interaktif. Platform ini menawarkan ratusan ribu permainan yang dibuat oleh pengguna sendiri, memudahkan anak berpindah dari satu game ke game lain tanpa henti. Sistem reward, leveling, dan fitur sosial membuat anak betah berlama-lama di layar. Banyak orang tua mengaku kesulitan mengatur durasi bermain, bahkan beberapa merasa hubungan keluarga terganggu karena konflik soal gawai.
Di sisi lain, Roblox bukan sekadar tempat bermain. Platform ini menjadi wadah belajar coding, desain game, kolaborasi digital, hingga peluang menghasilkan pendapatan melalui sistem monetisasi. Banyak kreator muda dari berbagai negara menjadikan Roblox sebagai sarana mengasah kreativitas. Tidak sedikit pula yang sukses menghasilkan pendapatan yang signifikan dari proyek game yang mereka kembangkan. Hal itu menunjukkan bahwa game juga dapat menjadi ruang edukasi dan peluang karier.
Orangtua Semakin Khawatir dengan Efek Kecanduan
Kekhawatiran sebagian orang tua berangkat dari perubahan perilaku anak yang semakin bergantung pada gawai. Banyak dari mereka melaporkan penurunan motivasi belajar, kurangnya interaksi sosial dunia nyata, hingga perubahan mood saat diminta berhenti bermain. Dalam beberapa kasus, anak menjadi sulit tidur atau mengalami stres jika tidak mendapat akses internet. Hal-hal ini memperkuat desakan agar adanya pembatasan yang lebih tegas terhadap game online.
Namun pembatasan bukan perkara mudah. Di era digital, akses ke aplikasi sangat sulit diblokir sepenuhnya. Penggunaan VPN, perangkat baru, dan akun alternatif adalah cara yang mudah dilakukan oleh remaja. Karena itu, solusi teknis seperti pemblokiran total game sering kali tidak efektif tanpa pengawasan orang tua dan literasi digital yang memadai.
Industri Game Menjadi Sektor Penting bagi Ekonomi Digital
Di tengah kekhawatiran soal kecanduan gim, industri game justru berkembang menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar di dunia. Indonesia sendiri termasuk pasar game terbesar di Asia Tenggara. Pendapatan dari industri ini datang dari iklan, pembelian in-game, hingga aktivitas kreatif seperti pembuatan konten dan turnamen e-sports.
Roblox adalah salah satu contoh platform yang menggabungkan industri game dengan peluang ekonomi kreatif. Banyak kreator muda menghasilkan uang melalui desain item virtual, dunia permainan, atau kolaborasi dengan pemain lain. Aktivitas ini menciptakan rantai ekonomi baru yang melibatkan desainer, programmer, ilustrator, hingga komunitas game.
Jika pemblokiran dilakukan tanpa kajian, dampaknya bisa menjangkau banyak sektor seperti developer lokal, pelaku e-sports, hingga UMKM yang bergerak di bidang peralatan gaming. Oleh sebab itu, wacana pembatasan perlu dianalisis secara hati-hati agar tidak menghambat laju ekonomi digital.
Regulasi Ketat atau Literasi Digital, Mana yang Lebih Efektif?
Perdebatan mengenai pemblokiran platform game seperti Roblox menimbulkan pertanyaan besar: regulasi seperti apa yang paling tepat? Sebagian pakar menilai bahwa pemblokiran bukan solusi jangka panjang. Anak-anak akan beralih ke platform lain yang mungkin lebih sulit diawasi. Pendekatan yang lebih realistis justru melibatkan literasi digital, pendampingan orang tua, serta fitur kontrol yang lebih ketat dari pihak pengembang.
Banyak negara mulai menerapkan model pengawasan berbasis usia. Game tertentu hanya bisa diakses jika sesuai kategori, dan orang tua diberi fitur untuk membatasi durasi bermain. Selain itu, edukasi tentang keamanan digital juga sangat penting agar anak memahami risiko seperti penipuan, perundungan daring, atau konten tidak pantas.
Indonesia dapat mengadopsi pendekatan serupa dengan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, sekolah, pengembang game, dan orang tua. Pengawasan yang dilakukan secara kolektif lebih efektif daripada sekadar pemblokiran. Regulasi juga harus diperbarui agar mengikuti perkembangan teknologi. Dengan begitu, perlindungan anak bisa berjalan tanpa mematikan potensi industri kreatif.
Membangun Budaya Digital yang Sehat
Solusi ideal tidak hanya berfokus pada pembatasan, tetapi juga pada pembentukan budaya digital yang positif. Anak perlu diajarkan cara menggunakan internet secara bertanggung jawab sejak dini. Orang tua bisa menetapkan jadwal bermain, menyediakan alternatif aktivitas offline, serta berdialog dengan anak untuk memahami apa yang mereka lakukan di dunia digital.
Sekolah dan lembaga pendidikan juga berperan besar. Kurikulum literasi digital dapat membantu siswa memahami etika online, dampak konsumsi digital berlebihan, hingga cara aman berinteraksi di ruang virtual. Ketika anak memiliki pemahaman yang baik, risiko kecanduan atau perilaku berbahaya dapat ditekan.
Di tengah perubahan teknologi yang begitu cepat, peran pemerintah bukan hanya sebagai regulator yang membatasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang menyediakan pedoman, ruang dialog, dan dukungan bagi keluarga. Dengan cara ini, kebijakan tentang game dapat menjadi solusi yang lebih seimbang: melindungi anak tanpa menghambat perkembangan industri game yang bernilai strategis bagi masa depan ekonomi Indonesia.

Cek Juga Artikel Dari Platform seputardigital.web.id
